Pada dasarnya domba dan kambing merupakan jenis hewan ternak pemakan
rumput yang tergolong ruminansia kecil, keduanya pun populasinya hampir
tersebar merata dan ada di seluruh dunia. Namun bila kita melihat visual
fisiknya dengan cermat maka domba berbeda dengan kambing. Postur tubuh
domba cenderung lebih bulat dibandingkan dengan kambing yang ramping.
Daun telinga kambing panjang dan terkulai. Bentuk bulu domba lebih ikal
dan keriting sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bulu wool lain halnya
dengan kambing yang cenderung lurus.
Hewan ternak domba yang ada sekarang diduga merupakan hasil domestikasi
manusia dari 3 jenis domba liar: Domba Mouflon dari Eropa Selatan dan
Asia Kecil, Domba Argali dari Asia Tenggara serta Urial dari Asia.
Domba-domba ini awalnya diburu secara liar sampai akhirnya diternakkan
oleh manusia.Domba Garut, Ovies Aries, adalah
hasil persilangan dari 3 rumpun bangsa domba: Merino – Australia,
Kaapstad dari Afrika dan Jawa Ekor Gemuk di Indonesia. Domba Jawa Ekor
Gemuk sudah ada sejak lama sebagai jenis domba lokal, Domba Merino
dibawa oleh pedagang Belanda ke Indonesia sedangkan Domba Kaapstad
didatangkan para pedagang Arab ke tanah Jawa sekitar abad ke-19.
Domba Garut adalah jenis domba tropis bersifat proliflic yaitu
dapat beranak lebih dari 2 (dua) ekor dalam 1 siklus kelahiran. Di mana
dalam periode 1 tahun, Domba Garut dapat mengalami 2 siklus kelahiran.
Domba ini memiliki berat badan rata-rata di atas domba lokal Indonesia
lainnya. Domba jantan dapat memiliki berat sekitar 60 – 80 kg bahkan ada
yang dapat mencapai lebih dari 100 kg. Sedangkan domba betina memiliki
berat antara 30 – 50 kg. Ciri fisik Domba Garut jantan yaitu bertanduk,
berleher besar dan kuat, dengan corak warna putih, hitam, cokelat atau
campuran ketiganya. Ciri domba betina adalah dominan tidak bertanduk,
kalaupun bertanduk namun kecil dengan corak warna yang serupa domba
jantan.
Domba Garut merupakan plasma nutfah terlangka di dunia karena postur
hewan ternak ini nyaris menyerupai bison di USA. Populasi Domba Garut
terbesar di Indonesia tentunya ada di wilayah provinsi Jawa Barat dengan
lokasi daerah penyebaran antara lain: Garut, Majalengka, Kuningan,
Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Bandung, Sumedang, Indramayu dan
Purwakarta. Mungkin hampir sebagian orang lebih mengenal hewan ternak
Domba Garut identik dengan domba aduan yang berlaga di arena adu
ketangkasan. Domba Garut adalah hewan ternak eksotis. Memang betul bila
sampai saat ini di kalangan masyarakat provinsi Jawa Barat masih
menggemari adu ketangkasan domba, akan tetapi perlu untuk diluruskan
bahwa arena adu ketangkasan yang ada sekarang tidak memperbolehkan
pertarungan 2 ekor domba jantan sampai titik darah penghabisan.
Namun yang patut dikhawatirkan pada kondisi saat ini adalah populasi
Domba Garut berkualitas yang kian menyusut dan dapat terancam punah di
mana bertolak belakang dengan sifat profilik yang dimilikinya. Kurangnya
perhatian serius terhadap sektor usaha pembibitan menjadikan populasi
Domba Garut unggulan agak sukar ditemukan. Dan ini pula yang menjadikan
hewan ternak Domba Garut untuk kebutuhan ibadah kurban kian mahal
harganya.
Dibandingkan dengan sapi, babi, kuda dan kerbau sebagai sesama hewan
ruminansia, hewan ternak domba lebih dulu memiliki nilai komersial sejak
abad 7000 SM. Bahkan di Indonesia keberadaan hewan ternak domba dapat
dilihat pada relief Circa 800 SM pada Candi Borobudur. Oleh karenanya
tidak heran bila jumlah populasi domba jauh lebih banyak dibandingkan
dengan kambing di dunia.Data Food Agricultural Organization (FAO) tahun
2002, jumlah populasi domba dunia kurang lebih 1.034 milyar ekor
sedangkan kambing hanya sekitar 743 juta. Populasi terbesar domba dan
kambing dunia adalah di negara Tirai Bambu Cina, di mana negara kedua
terbesar adalah Australia untuk domba dan India untuk kambing.
Sebagai bagian dari sektor usaha peternakan nasional, presentase
kebutuhan daging domba dan kambing masyarakat Indonesia masih jauh di
bawah sub sektor usaha peternakan lainnya seperti ayam/unggas (56%),
sapi (23%) serta babi (13%). Menurut data Ditjen. Peternakan – Deptan RI
tahun 2005, konsumsi daging domba dan kambing di masyarakat memang
masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 5%.Namun bila melihat potensi
kebutuhan daging hewan ternak ini yang pada tiap tahunnya kurang lebih
sekitar 5,6 juta ekor untuk kebutuhan ibadah kurban saja, dan belum
termasuk kebutuhan pasokan untuk aqiqah, industri restoran sampai dengan
warung sate kaki lima yang membutuhkan 2 – 3 ekor tiap harinya,
pertumbuhan populasi domba dan kambing adalah belum sebanding dengan
angka permintaan yang terus meningkat
Kondisi tersebut tentunya sangat disayangkan, terlebih bila kita tahu
potensi ekonomis hewan ternak Domba Garut yang tidak hanya identik
dengan domba aduan, kualitas daging Domba Garut juga memiliki nilai gizi
yang cukup baik dibandingkan dengan kambing untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi masyarakat. Bahkan tidak hanya dimanfaatkan dagingnya saja,
kulit Domba Garut dapat dijadikan bahan baku untuk pembuatan jaket
berkualitas.Data tahun 2005 yang didapat dari website kabupaten Garut,
industri jaket berbahan baku kulit Domba Garut dapat menyerap 2.656
tenaga kerja dengan nilai ekspor Rp. 84,7 milyar ke berbagai negara
tujuan seperti Singapura, Malaysia, Taiwan dan Australia. Kotoran ternak
Domba Garut pun dapat memberikan keuntungan dan nilai manfaat bila
diolah dengan baik yaitu sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik.
Potensi pasar terbesar pertama adalah hewan ternak Domba Garut untuk
memenuhi kebutuhan tahunan ibadah kurban. Kemudian menyusul kebutuhan
konsumsi daging harian baik itu rumah tangga, restoran dan warung sate.
Selanjutnya adalah kebutuhan aqiqah, dan terakhir adalah penghobi yang
selalu mencari bibit Domba Garut jantan unggulan. Tidak hanya program
pemuliaan galur murni untuk mengembalikan kualitas terbaik hewan ternak
Domba Garut, akan tetapi program pengembangan domba komposit untuk dapat
menghasilkan keturunan ataupun bibit unggulan baru juga sedang giat
dilakukan. Berbagai macam penemuan teknologi terkait reproduksi ternak
domba terus dikembangkan untuk mempermudah upaya produksi dan
perbanyakan domba berkualitas, sebagai contoh teknologi laserpuntur dan
suntik hormonal yang akan sangat bermanfaat untuk sinkronisasi birahi
dan perkawinan massal.
Keberhasilan perkawinan domba lokal Sumatera dengan domba St. Croix dari
Virgins Islands dan domba Barbados, kemudian Domba Garut dengan domba
St. Croix serta Domba Moulton dari Prancis, adalah program pengembangan
domba komposit yang berhasil dilakukan oleh Puslitbangnak – Deptan RI
dari aplikasi penemuan teknologi tersebut. Tidaklah kecil tentunya
pendapatan devisa negara yang dapat diperoleh dari pengelolaan usaha
ternak Domba Garut intensif. Terlebih dengan potensi pasar kebutuhan
daging domba di kawasan Timur Tengah sebanyak 30 ribu ekor tiap
minggunya. Bukan pekerjaan yang ringan dan mudah tentunya, akan tetapi
bisa menjadi suatu peluang usaha yang menjanjikan bilamana kita mau
mulai berpikir dan bergerak ke arah sana. Long journey is begins with the small step.
Rumput adalah makanan utama dari domba. Kita biasanya mendapatkan rumput
segar setiap 2 atau 3 hari sekali. Contoh dari rumput yang biasa
dipakai untuk pakan domba diantaranya adalah jenis Pennisetum purpureum, Pennisetum purpureophoides, Sorgum sudannese, Brachiaria brizantha, Imperata clyandrica dan Panicum maximum.
Kita berusaha untuk menyediakan seluruh makanan dalam keadaan segar.
Alasannya adalah makanantersebut masih akan banyak mengandung
vitamin dan mineral di dalamnya. Akan sangat sulit bagi para peternak untuk
mendapatkan rumput di waktu musim kemarau. Di waktu musim hujan, akan sangat
banyak rumput tersedia untuk domba-domba tersebut.
Kita biasanya memberikan makanan tambahan berupa sisa dari proses
pembuatan tahu yang dinamakan “ampas tahu”. Dengan ditambahkannya jenis
makanan ini,maka pertumbuhan domba tersebut akan semakin pesat, karena
makanan tambahan ini mengandung banyak vitamin dan mineral akan sangat
bagus apabila makanan ini tersedia secara kontinu, sebagai contoh 2 hari
sekali. Apabila tersedia setiap hari,hal tersebut lebih baik
lagi.Biasanya ada pula peternak yang memberikan konsentrat pada
domba-dombanya. Konsentrat tersebut biasanya adalah konsentrat untuk
kuda atau sapi,tapi ada pula yang dikhususkan untuk domba. Untuk
informasi lebih lanjut,anda dapa tmenghubungi KUD (Koperasi Unit Desa)
setempat di daerah anda.
Makanan lainnya untuk domba dapat berupa dedaunan, seperti: daun pisang,
daun jagung, daun nangka, dan lain sebagainya. Tetapi ada hal yang
harus diperhatikan, bahwa tidak semua domba tersebut akan suka dengan
dedaunan yang kita sediakan. Semuanya bergantung kepada rutinitas
makanan yang kita berikan. Hanya satu yang perlu diingat, apabila anda
akan memberikan makanan baru kepada domba-domba anda, maka berikanlah
makanan tersebut secara bertahap, dari mulai sedikit hinggajumlah yang
diinginkan. Campurkanlah makanan baru tersebut dengan makanan lama
sedikit demi sedikit, lalu kemudian setelah 3 atau 4 hari, dapatlah
diberikan makanan tersebut secara terpisah dengan porsi yang diinginkan.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah masalah kesehatan dari domba itu
sendiri. Belakangan ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang
jika tidak ditangani serius akan berdampak pada ternaknya itu sendiri.
Berikut adalah table berbagai macam penyakit yang biasa diderita oleh
domba.
No | Vaksinasi | Waktu |
1 | Anthrax | Setahun sekali |
2 | Tetanus | Setahun sekali |
3 | Obat cacing | 3 bulan sekali |
4 | Vitamin/antibiotik | Apabila diperlukan |
Selain itu juga kebersihan dari dombanya itu sendiri harus diperhatikan.
Domba harus dijaga agar selalu bersih agar terhindar dari berbagai
macam penyakit. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memandikan
domba tersebut seminggu sekali. Tujuan dari memandikan domba adalah
supaya domba tersebut terhindar dari berbagai jenis penyakit kulit serta
untuk menjaga pertumbuhan bulu domba tersebut. Hal lain yang dilakukan
adalah mencukur bulu dan memotong kuku dari domba tersebut yang
bertujuan untuk menghindarkan domba dari berbagai kuman yang mungkin
menempel lewat bulu dan kuku.
Kebersihan dan manajemen kandang juga harus diperhatikan. Kandang
sebagai mana kita tahu adalah tempat tinggal dari hewan ternak. Maka
dari itu bersih tidaknya kandang sangat menentukan sehat atau tidaknya
hewan ternak itu sendiri. Bila ditempatkan di kandang yang salah hewan
ternak bisa mengalami stress yang mengakibatkan menurunnya tingkat
produksi. Berikut ini adalah sketsa bangunan kandang sederhana untuk
ternak domba.
PENDAHULUAN
Potensi peternakan di Indonesia sangatlah besar apalagi potensi
peternakan domba baik itu domba pedaging atau domba yang menghasilkan
susu. Hal ini sangatlah wajar terutama untuk domba pedaging karena saat
memasuki waktu Qurban permintaannya bisa mencapai berlipat-lipat dari
keadaan biasa. Jika dilihat secara lebih dalam hal ini merupakan peluang
bisnis yang sangat terbuka dan sangat menjanjikan. Populasi hewan
ternak domba dan kambing terbesar pada akhir tahun 2006 ada di wilayah
provinsi Jawa Barat yaitu kurang lebih 3,5 juta ekor atau sekitar 49%
dari jumlah populasi nasional. Di provinsi ini bahkan terdapat jenis
hewan ternak ruminansia kecil yang merupakan kekayaan plasma nutfah
Indonesia serta menjadi ciri khas provinsi yang dikenal dengan julukan
bumi parahyangan tersebut.
Salah satu daerah penghasil domba pedaging atau domba potong yang
berkwalitas adalah Kabupaten Garut. Garut terkenal sebagai penghasil
domba aduan,sehingga jenis domba di daerah Garut sering orang
menyebutnya sebagai domba Garut.tidak hanya domba untuk aduan saja di
Garut juga dibudidayakan untuk domba potong. Tanah Garut yang subur
membuat para peternak domba tidak terlalu kesulitan dalam hal untuk
memenuhi pakan dari domba tersebut.
Selain itu,di Garut juga berkembang dengan berbagai kerjinan-kerajinan
yang berdaya jual tinggal dari produk olahan kulit domba tersebut. Ada
yang diolah menjadi sepatu kulit, jaket kulit, tas, dompet, ikat
pinggang yang kesemuanya itu memiliki nilai jual yang tinggi.
Namun semua itu tidak terlepas dari berbagai permasalahan. Salah satu
permasalahan yang dihadapi oleh para peternak domba di Garut saat ini
adalah sulitnya untuk mendapatkan bibit dengan galur murni domba Garut.
Kondisi ini sangat memprihatinkan karena bisa saja jenis domba Garut
yang asli bisa hilang karena sudah tidak jelas lagi asal-usul
keturunannya. Disamping itu merebaknya berbagai penyakit menimbulkan
keresahan tersendiri bagi para peternak.
Padahal potensi pasar dari domba Garut ini sangatlah besar. Potensi ini
belum dihitung kebutuhan pasar di kawasan Asia Tenggara seperti
Malaysia dan Singapura, serta kawasan Timur Tengah yang tiap tahunnya
membutuhkan kurang lebih 9,3 juta ekor domba. Di mana kebutuhan pasokan
daging domba untuk kawasan Timur Tengah sampai saat ini masih dipenuhi
oleh Australia dan Selandia Baru. Miris memang, di mana Indonesia
sebagai negara dengan jumlah populasi masyarakat muslim terbesar di
dunia sebenarnya lebih memiliki peluang untuk itu. Pertumbuhan populasi
domba dan kambing di Indonesia adalah relatif kecil sedangkan permintaan
terus meningkat seiring jumlah penduduk dan perbaikan pendapatan
kesejahteraan masyarakat. Bukan mustahil suatu saat akan terjadi
kelangkaan produksi daging domba dan kambing sehingga pelaksanaan ibadah
kurban akan mengimpor dari Australia ataupun Selandia Baru. Di
Indonesia, keberadaan populasi domba dan kambing hampir tersebar dengan
merata di seluruh wilayah. Namun sayangnya pemeliharaan ternak domba dan
kambing di negeri ini sebagian besar masih dalam skala kecil dan
tradisional.
KESIMPULAN
Pada dasarnya domba dan kambing merupakan jenis hewan ternak pemakan
rumput yang tergolong ruminansia kecil, keduanya pun populasinya hampir
tersebar merata dan ada di seluruh dunia. Namun bila kita melihat visual
fisiknya dengan cermat maka domba berbeda dengan kambing. Domba Garut,
Ovies Aries, adalah hasil persilangan dari 3 rumpun bangsa domba: Merino
– Australia, Kaapstad dari Afrika dan Jawa Ekor Gemuk di Indonesia.
Domba Jawa Ekor Gemuk sudah ada sebelumnya sejak lama sebagai jenis
domba lokal, Domba Merino dibawa oleh pedagang Belanda ke Indonesia
sedangkan Domba Kaapstad didatangkan para pedagang Arab ke tanah Jawa
sekitar abad ke-19.
Potensi pasar terbesar pertama adalah hewan ternak Domba Garut untuk
memenuhi kebutuhan tahunan ibadah kurban. Kemudian menyusul kebutuhan
konsumsi daging harian baik itu rumah tangga, restoran dan warung sate.
Selanjutnya adalah kebutuhan aqiqah, dan terakhir adalah penghobi yang
selalu mencari bibit Domba Garut jantan unggulan. Data tahun 2005 yang
didapat dari website kabupaten Garut, industri jaket berbahan baku kulit
Domba Garut dapat menyerap 2.656 tenaga kerja dengan nilai ekspor Rp.
84,7 milyar ke berbagai negara tujuan seperti Singapura, Malaysia,
Taiwan dan Australia. Kotoran ternak Domba Garut pun dapat memberikan
keuntungan dan nilai manfaat bila diolah dengan baik yaitu sebagai bahan
baku pembuatan pupuk organik.
Salah satu kendala dalam pengembangan usaha ternak domba Garut ini
adalah masih kurangnya minat masyarakat untuk berinvestasi dalam bisnis
ini. Masalah lain yang muncul adalah mulai terancamnya galur murni dari
domba Garut itu sendiri karena banyaknya proses persilangan yang membuat
domba menjadi tidak jelas asal-usulnya. Munculnya berbagai macam
penyakit juga menjadi masalah dalam usaha pengembangan usaha peternakan
domba Garut.
+ komentar + 3 komentar
Wah nambah pengetahuan nih..
Domba garut yang berkualitas itu gimana ya?
Domba Garut yang berkualitas cuman ada dipemiliknya bagaimana cara perawatan dan pemeliharaannya bagaimana!!
kalau di tempat saya alhamdulillah banyak yang masuk kelas A harganya sampai 21jt
http://tokorestu.com Situs Jualan Kerajinan Kulit berkualitas di Garut
Posting Komentar